Kamis, 18 November 2010

DOPING DALAM OLAHRAGA

DOPING DALAM OLAHRAGA
Di dalam dunia olahraga, sudah sering kita dengar dengan apa yang dinamakan doping. Doping sendiri merupakan sesuatu hal yang dianggap tidak etis oleh sebagian besar organisasi- organisasi internasional olahraga. Hal ini didasarkan pada efek-efek buruk yang akan dihasilakan jika seseorang atlit melakukan dopping. Walaupun jika boleh dikatakan, masih banyak para atlit-atlit profesional yang menggunakan doping sebagai cara pintas guna mendongkrak prestasinya. Hal ini menunjukkan bahwa atlit tersebut tidak merapkan fair play di dalam dirinya, karena demi sebuah kemenangan, mereka menggunakan obat-obat terlarang baik secara langsung ataupun melalui transfusi darah yang ironisnya bertentangan jauh dengan tujuan dari prinsip olahraga itu sendiri.
Jika diamati secara seksama, sebenarnya penggunaan doping itu sendiri memang berhak untuk diharamkan dan dihapuskan dari dunia olahraga. Hal ini dikarenakan karena jika seseorang atlit memenangkan suatu kompetisi olahraga tetapi dirinya menggunakan doping, berarti ia menodai karirnya sendiri, karena ia tidak menggunakan skillnya secara maksimal untuk mendapatkan prestasi dan tentu saja prestasi yang ia dapatkan bukanlah suatu hal yang patut dipuji atau bisa dibanggakan. Jika doping yang ia lakukan dapat dilacak, justru akan menimbulkan rasa malu bagi orang yang memakainya dan mungkin saja karirnya akan berakhir begitu saja jika ia terdektesi melakukan doping dan dikeluarkan dari cabang olahraga yang diambilnya.
Menurut pendapat saya, orang yang melakukan doping, bukan mengejar kemajuan dari skill atau kemampuan yang dimilikinya untuk diadu di dalam kompetisi yang sehat, tetapi semata-mata hanya mengejar popularitas dan materi semata. Tetapi jika orang tersebut terdektesi dalam memakai doping, hal setimpal juga akan diterimanya, diantaranya adalah turunnya popularitas. Orang yang memakai doping hanyalah orang yang telah putus asa dan tidak percaya akan kemampuannya, sehingga orang tersebut mengambil jalan pintas dengan memakai doping.tapi yang perlu diketahui, dengan memakai doping tidak 100 % menjamin seseorang berhasil di dalam bidang olahraga yang diambilnya,itu semua kembali dari usaha mencari kemajuan dari dalam dirinya dengan hal-hal yang positif . Jadi sebenarnya tidak ada manfaat dari pemakaian doping itu sendiri.
Sebaiknya langkah-langkah untuk menghapuskan tradisi doping harus dimulai dari penyampaian di dalam pendidikan jasmani. Artinya bahaya dari doping itu sendiri harus disampaikan kepada murid-murid sekolah sejak dini. Sesuai dengan prinsip olahraga yang sesungguhnya, olahraga seharusnya dilakukan secara sportif untuk membentuk kepribadian yang sehat. Dengan adanya doping, hasil dari olahraga sebenarnya tidak dapat ditunjukkan karena doping hanya merusak citra olahraga yang sesungguhnya. Dengan adanya pengetahuan dini tentang bahaya doping, seorang anak diharapkan mampu melaksanakan kegiatan berolahraga dan berkompetisi dengan kemampuan murni dari dalam dirinya, selain itu dengan pengetahuan dini tentang doping, seseorang mampu bersungguh-sungguh di dalam berolahraga. Dan tentu selain pembelajaran tentang doping, juga harus ada pembinaan yang lebih di dalam olahraga khususnya dari faktor psikologinya, sehingga mampu menimbulkan sugesti bahwa setiap orang mampu berprestasi tanpa harus melakukan doping.
Memang untuk menghapus doping dari dunia olahraga tidaklah mudah semudah membalikkan telapak tangan. Perlu perhatian khusus serta sosialisasi yang tepat untuk menaggulanginya. Sebagai sontoh penyelenggaraan sutu event olahraga dengan tema anti doping atau sebagainya, atau langkah dari atlit-atlit profesional yag turun langsung memberikan sosialisasi tentang bahaya doping. Jika hal tersebut mampu dilaksanakan dengan baik, mungkin suatu hari nanti, prestasi yang dihasilkan dari seorang atlit dapat membanggakan tanpa harus menggunakan doping sehingga citra olahraga di mata masyarakat umum dapat dipandang secara baik dari segi nurani olahraga tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar

SHACTI BLOG'S © 2008 Template by:
SkinCorner